TarefaViver
Minggu, 12 Juni 2016
Seperti Sinar Mentari Terbaik, Yang Pernah Ada.
Minggu Malam dipertengahan Juni.
Tenggelam lagi bersama memory yang tersusun begitu rapi
pipiku basah? Ternyata sekali saja.
sedikit untaian pengantar yang kubuat-buat biar sajak ini bergema, beraturan.
dan menyatukan persimpangan jalan yang begitu sulit untuk dipilih
Ternyata..kamu masih dengan kebiasaan yang begitu usil membunuh waktu, untuk kita.
Sekedar sapa'an ringan buat kamu yang pernah sangat dekat.
seperti saat dan waktu yang banyak dilalui oleh hari
pagi
siang
sore
senja
hingga malam, tanpa henti..
kamu suka mengutarakan pengalamanmu yang sekedar ku balaskan respon ala kadarnya.
Pagi itu, di Jum'at Penuh makna..
kau mengajakku untuk membantumu membuatkan Movie Small
hingga semua berjalan sesuai skenario yang kau buat
sewajarnya saja.. aku seperti public figure yang berperan dengan keadaanmu untuknya.
aku bisa kau sebut like a mirror..
berbicara pada diri layaknya beridiri diatas kaki sendiri
menatap dan menanyakan hal-hal sepeleh yang bisa membentuk senyum mini
atau setelah semua terlihat baik berdiri tepat didepanku, kamu pergi.
Seperti saat dan waktu yang banyak dilalui oleh hari
Aku bisa kau sebut layaknya sebuah cermin, kali ini tampak usang..
Layaknya Kaca yang berdirih dekat dengan Jendela kamar sederhana
lalu kamu beranggapan berbicara sendiri
dan meniadakan kaca yang memiliki dua sisi
iya. Aku didalam nya.
Dari ufuk sore hingga malam menyapaku dengan begitu pelan
aku masih sering memutar balik ingatanku
setelah Bulan berganti Mentari mengiringi langkahmu sedikit jauh dari yang biasanya.
kali ini.. aku melihat 1 sisi yang tergores.
bahkan sakit ini lebih terlihat, berbanding Cermin yang kau tinggalkan untuknya dihari lalu.
White skin..
Sosok yang begitu hebat menerjemahkan kenyamanan dalam hal pertemanan
Tanpa disadari kamu lupa..
Bahwa takaran wanita dalam arti kenyamanan dapat membuahkan Sedih yang kau tinggalkan
lalu kalimat pokok dari sajak ini;untung saja aku bukan bagian dari mereka..
wkwkwk ini begitu lucu,
dengan waktu begitu singkat banyak kesempatan pula yang kita cipta untuk mengenal keadaan..
dan itu benar, kita.. Seperti sinar mentari terbaik, yang pernah ada.
Teruntukmu yang berjarak ratusan KM
dari secangkir susu putih, disini.
Rabu, 25 Mei 2016
Paragraf Sederhana.
Untuk minggu kali ke-3. Iya, Minggu kali ke 3 aku berhenti untuk berkhayal tentang tulisan ini. Walaupun sebenarnya hal yang paling kusadari segala yang beririringan dalam khayalan, itu adalah kenyaman tersendiri.
Entah bagaimana memulai. Entah harus dari mana menciptakan Paragraf Sederhana ini. Sesederhana cerita yang sudah kukutip dalam keseharian.
Awalnya cara ini sedikit ganjil untuk di publikasikan. Tapi, aku paham betul bagaimana Pikiran, Senyum, dan jari diatas keyboard stengah goyang ini bekerja disepertiga malam. oh sial hahaha sosok yang begitu asing, usil, tapi bisa menciptakan beberapa paragraf yang lagi-lagi begitu sederhana.
Kau yang memiliki sikap begitu dingin, awalnya.
memperhatikan setiap bentuk lekukan yang kau buat
yang selalu kujadikan bahan canda'an bersama teman sejawatku
melewati beberapa tempat yang sepertinya, itu masih terjangkau dalam benakku
atau, menghapus setiap butiran keringat yang begitu santai selalu membasahi pipi dan sekitarmu.
hihihi, aku tersenyum kecil.
lagi-lagi, membuat sebuah bahagia yang sangat sederhana; itu, memperhatikanmu.
*
Hei, kamu yang punya kelopak mata begitu berat. Ternyata, cara Tuhan begitu adil. Membagi setiap kesempatan untuk bertukar pikiran. Iya.. kita sudah saling kenal, dengan sedikit faktor paksaan agar keluh kesah ini kukeluarkan, caramu membuat gelombang percakapan sedikit lucu, dan sampai pada perbincangan yang menghabiskan butiran mill air mata ini keluar di 1/2 malam. Kamu.. memberi argumen begitu baik agar gadis berusia 18th ini kembali bangkit.
Masih dengan hal menyimpang yang begitu sederhana.
seperti layaknya remaja masa kini, menutup pintu kamar dengan begitu pelan, menghidupkan lampu tidur yang begitu hangat, serta iringan beberapa single yang membuat suasana kamar semakin menjadi-jadi.
keluh kesah yang mengantarku padamu semakin dekat.
dekat yang punya batas; yaitu, akrap.
**
Masih dengan Paragraf baru mengenai kamu.
Dengan Tas Ransel berwarna hitam yang selalu kau dekap ditangan kanan.
Dengan beberapa langkah yang kau buat terlihat begitu lambat.
atau, dengan mata yang sesekali bertabrak tatapan denganku. Mungkin berlebihan.
Tapi, itu yang kutahu tentangmu.
Kamu, yang membuka laman pertama dalam Paragraf Sederhana ini.
beberapa minggu ataupun terhitung bulan, aku akan datang membawa paragraf baru, tapi cerita lama, dan bertemakan "Seperti Sinar Mentari, Terbaik Yang Pernah Ada".
nb: bahkan untuk Mengharapmu, aku tidak bernyali.
Entah bagaimana memulai. Entah harus dari mana menciptakan Paragraf Sederhana ini. Sesederhana cerita yang sudah kukutip dalam keseharian.
Awalnya cara ini sedikit ganjil untuk di publikasikan. Tapi, aku paham betul bagaimana Pikiran, Senyum, dan jari diatas keyboard stengah goyang ini bekerja disepertiga malam. oh sial hahaha sosok yang begitu asing, usil, tapi bisa menciptakan beberapa paragraf yang lagi-lagi begitu sederhana.
Kau yang memiliki sikap begitu dingin, awalnya.
memperhatikan setiap bentuk lekukan yang kau buat
yang selalu kujadikan bahan canda'an bersama teman sejawatku
melewati beberapa tempat yang sepertinya, itu masih terjangkau dalam benakku
atau, menghapus setiap butiran keringat yang begitu santai selalu membasahi pipi dan sekitarmu.
hihihi, aku tersenyum kecil.
lagi-lagi, membuat sebuah bahagia yang sangat sederhana; itu, memperhatikanmu.
*
Hei, kamu yang punya kelopak mata begitu berat. Ternyata, cara Tuhan begitu adil. Membagi setiap kesempatan untuk bertukar pikiran. Iya.. kita sudah saling kenal, dengan sedikit faktor paksaan agar keluh kesah ini kukeluarkan, caramu membuat gelombang percakapan sedikit lucu, dan sampai pada perbincangan yang menghabiskan butiran mill air mata ini keluar di 1/2 malam. Kamu.. memberi argumen begitu baik agar gadis berusia 18th ini kembali bangkit.
Masih dengan hal menyimpang yang begitu sederhana.
seperti layaknya remaja masa kini, menutup pintu kamar dengan begitu pelan, menghidupkan lampu tidur yang begitu hangat, serta iringan beberapa single yang membuat suasana kamar semakin menjadi-jadi.
keluh kesah yang mengantarku padamu semakin dekat.
dekat yang punya batas; yaitu, akrap.
**
Masih dengan Paragraf baru mengenai kamu.
Dengan Tas Ransel berwarna hitam yang selalu kau dekap ditangan kanan.
Dengan beberapa langkah yang kau buat terlihat begitu lambat.
atau, dengan mata yang sesekali bertabrak tatapan denganku. Mungkin berlebihan.
Tapi, itu yang kutahu tentangmu.
Kamu, yang membuka laman pertama dalam Paragraf Sederhana ini.
beberapa minggu ataupun terhitung bulan, aku akan datang membawa paragraf baru, tapi cerita lama, dan bertemakan "Seperti Sinar Mentari, Terbaik Yang Pernah Ada".
nb: bahkan untuk Mengharapmu, aku tidak bernyali.
Kamis, 12 Mei 2016
30 April
Persiapan yang begitu matang. aku menyebut ini melebihi kata Hangus. ((gak nyambung))
apa kabar ?
sosok wanita yang begitu lentur hinggah mudah dilipat, dan dibawah kemana saja Ternyata, kamu punya hati tapi tidak berperasaan yang begitu tajam layaknya bokong yang selalu kamu banggakan ditengah Hobby menari menyelimutimu.
h-2. menyusun beberapa tehnik agar kamu tahu bahwa kalimat
"kalau temen yang menetas itu indah, giliran hari aku.. apes" itu tidak benar adanya jika kamu ada pada malam itu.
Seiringan dengan berjalan nya jarum jam yang terus menatap kearah kita..
gumpalan gas yang sudah tertera rapi didalam karet bulat..
Cakeday yang sudah menunggumu sejak sore senja..
lilin-lilin yang setianya mencair diatas paping-paping rumah
serta dua gadis remaja yang menggunakan baju berwarna putih 1/2 lelah menunggu
agar supaya lilin cake itu tertiup olehmu.
17.00-22.00 pm
sampai detik malam menyapa kita dengan begitu lembut
bunyi jepretan beserta timer yang sudah teratur sejak tadi
lalu menyelipkan beberapa perbincangan canda'an
ternyata, kamu tak juga kunjung datang..
and then, penantian itu akan tetap menjadi sebuah penantian
"Happy Birthday Khalila" kita.. seperti;
---Balon dan Gas yang membutuhkan Genggaman---
apa kabar ?
sosok wanita yang begitu lentur hinggah mudah dilipat, dan dibawah kemana saja Ternyata, kamu punya hati tapi tidak berperasaan yang begitu tajam layaknya bokong yang selalu kamu banggakan ditengah Hobby menari menyelimutimu.
h-2. menyusun beberapa tehnik agar kamu tahu bahwa kalimat
"kalau temen yang menetas itu indah, giliran hari aku.. apes" itu tidak benar adanya jika kamu ada pada malam itu.
Seiringan dengan berjalan nya jarum jam yang terus menatap kearah kita..
gumpalan gas yang sudah tertera rapi didalam karet bulat..
Cakeday yang sudah menunggumu sejak sore senja..
lilin-lilin yang setianya mencair diatas paping-paping rumah
agar supaya lilin cake itu tertiup olehmu.
17.00-22.00 pm
sampai detik malam menyapa kita dengan begitu lembut
bunyi jepretan beserta timer yang sudah teratur sejak tadi
lalu menyelipkan beberapa perbincangan canda'an
ternyata, kamu tak juga kunjung datang..
and then, penantian itu akan tetap menjadi sebuah penantian
"Happy Birthday Khalila" kita.. seperti;
---Balon dan Gas yang membutuhkan Genggaman---
Selasa, 10 Mei 2016
Call Him Brown
Hai kamu, potongan cerita klasik yang suka menyelip..
Di halaman mana lagi harus aku balik kertas usang ini?
apakah.. pada setiap langkah dan lirik kan dibalik tembok sekolah itu jejak yang kucari?
17th..
waktu dimana semua harap terkumpul menjadi gulungan
Gulungan yang 'mungkin' tak pernah terbuka kembali..
TAPI..
terdiam, dan sedikit menghibur diri didalam kamar persegi nan-sederhana ini aku berpikir;
aku mungkin hanya seorang pembaca keadaan
yang menunggu sebuah kedatangan..
20.35 Malam itu, ditengah kebisingan kendaraan yang lantas berlalulalang. Kamu datang.
Hai kamu, sosok yang tidak begitu santai
dengan kaus oblong hitam, arloji favorit yang terikat disebelah kiri,
masih dengan santainya melangkahkan kaki dengan celana Jins selutut mendekatiku.
Membawa sepaket senyuman bersama bingkisan manis ditangan kanan
"Happy Birthday". :)
Yap, bingkisan kecil yang berisikan Coklat manis
membawaku, membawa kita, dalam perbincangan malam itu.
mengelilingi beberapa tempat yang bahkan kamu tak tahu harus kemana roda 4 ini berhenti?
ohya.. kamu ingat nggak? ini cerita yang terlampau begitu jauh
ketika kita masih dalam satu atap sekolahan, berlomba untuk menimba pendidikan.
Dan, aku akan menyapamu sekali lagi.
ditengah keramayan, piluk kesenangan, serta kebahagiaan yang selalu terpancar.
aku akan menyapamu sekali lagi.
Hai kamu..
"Happy Graduation".
Yap, dengan ucapan beserta tulisan nama yang tertulis dilengan kanan, mengiringi kebahagiaanmu di hari itu. ohya Selamat buat kamu. Di penghujung siang itu aku berpikir ini adalah akhir.
Ternyata cara ini membawamu kembali untuk menghentikan kendaraan beroda 4 itu tepat didepan rumahku.
Masih dengan keadaan yang begitu klasik
dengan cara kamu menungguku membuka pintu rumah
terkejut aneh saat aku keluar dan menyapamu
mencari kalimat pembuka agar tidak terlihat kaku.. hahaha
what?
dan lagi-lagi benda itu..
.
.
.
.
.
Bingkisan kecil manis yang membawamu untuk menungguku diteras rumah
"ayo masuk.."
dengan kalimat yang sudah begitu sering ku dengar kamu dengan kaku menjawab
"tidak, disini saja............. saya malu"
okelah pengenalan yang sudah begitu lama; kamu sosok yang begitu kaku, dan keras kepala
sebut saja dia.. 'Coklat'
#Awalmei2016
salam manis dari Chunky Bar, Nasi Goreng & Ice Cream Coklat yang hampir meleleh :)
Di halaman mana lagi harus aku balik kertas usang ini?
apakah.. pada setiap langkah dan lirik kan dibalik tembok sekolah itu jejak yang kucari?
17th..
waktu dimana semua harap terkumpul menjadi gulungan
Gulungan yang 'mungkin' tak pernah terbuka kembali..
TAPI..
terdiam, dan sedikit menghibur diri didalam kamar persegi nan-sederhana ini aku berpikir;
aku mungkin hanya seorang pembaca keadaan
yang menunggu sebuah kedatangan..
20.35 Malam itu, ditengah kebisingan kendaraan yang lantas berlalulalang. Kamu datang.
Hai kamu, sosok yang tidak begitu santai
dengan kaus oblong hitam, arloji favorit yang terikat disebelah kiri,
masih dengan santainya melangkahkan kaki dengan celana Jins selutut mendekatiku.
Membawa sepaket senyuman bersama bingkisan manis ditangan kanan
"Happy Birthday". :)
Yap, bingkisan kecil yang berisikan Coklat manis
membawaku, membawa kita, dalam perbincangan malam itu.
mengelilingi beberapa tempat yang bahkan kamu tak tahu harus kemana roda 4 ini berhenti?
ohya.. kamu ingat nggak? ini cerita yang terlampau begitu jauh
ketika kita masih dalam satu atap sekolahan, berlomba untuk menimba pendidikan.
Dan, aku akan menyapamu sekali lagi.
ditengah keramayan, piluk kesenangan, serta kebahagiaan yang selalu terpancar.
aku akan menyapamu sekali lagi.
Hai kamu..
"Happy Graduation".
Yap, dengan ucapan beserta tulisan nama yang tertulis dilengan kanan, mengiringi kebahagiaanmu di hari itu. ohya Selamat buat kamu. Di penghujung siang itu aku berpikir ini adalah akhir.
Ternyata cara ini membawamu kembali untuk menghentikan kendaraan beroda 4 itu tepat didepan rumahku.
Masih dengan keadaan yang begitu klasik
dengan cara kamu menungguku membuka pintu rumah
terkejut aneh saat aku keluar dan menyapamu
mencari kalimat pembuka agar tidak terlihat kaku.. hahaha
what?
dan lagi-lagi benda itu..
.
.
.
.
.
Bingkisan kecil manis yang membawamu untuk menungguku diteras rumah
"ayo masuk.."
dengan kalimat yang sudah begitu sering ku dengar kamu dengan kaku menjawab
"tidak, disini saja............. saya malu"
okelah pengenalan yang sudah begitu lama; kamu sosok yang begitu kaku, dan keras kepala
sebut saja dia.. 'Coklat'
#Awalmei2016
salam manis dari Chunky Bar, Nasi Goreng & Ice Cream Coklat yang hampir meleleh :)
Senin, 02 Mei 2016
Quote Of Alamanda Hindersah
Ada rasa tersembunyi di balik jendela-jendela kaca itu.
Menerawang.
Memberi tanda.
Meski, mungkin kita tak akan pernah sadar.
Sebab, kadang kita melihat terlalu jauh.
Meminta apa yang tidak bisa kita dapatkan.
Berharap suatu hari nanti permintaan kita akan terkabul.
Kita tahu bahwa cinta tidak mau untuk menunggu lama
Tapi...
kita tetap dengan keras kepala berdiri diam di titik masing-masing
Sampai kapan kita harus menunggu untuk Bahagia?
Langganan:
Postingan (Atom)